Allah atau Malaikat Bershalawat distribusi Nabi Muhammad SAW. Kamu mesti sering belajar distribusi mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka beserta kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia internal membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Kalau kita menelaah sejarah hidup Nabi Muhammad SAW, kita mau banyak contoh teladan berkenaan keagungan seorang manusia. Yang selama hidupnya mempraktikkan hidup penuh kasih sayang, ramah tamah, toleransi, atau jauh dari sifat-sifat serakah serta mau memproses sendiri.
Sejak masanya yang paling awal, Nabi SAW menerapkan konsepsi bahwa semua manusia itu bersaudara, mesti dihormati sebagaimana adanya, atau dinilai menurut diri mereka sendiri.
Sifat-sifat, perilaku, atau kepribadian Nabi SAW itu kini banyak diungkapkan kembali kaum Muslimin di berbagai pelosok Tanah Air distribusi memperingati maulid (kelahiran)-nya. Yang justru banyak dipertanyakan mengapa umat Islam kini ini tak terlihat adanya kasih sayang atau kecintaan sesama umat, seperti yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. Seolah-olah kaum Muslimin sudah kehilangan vitalitas distribusi mencontoh kehidupan pemimpin besarnya itu.
Karena itu, sangatlah disayangkan bahwa kasih sayang atau persaudaraan yang beserta gemilang telah dipraktikkan Nabi SAW atau para sahabatnya kurang tercermin internal kehidupan sehari-hari kaum Muslimin kini ini. Bahkan, yang terlihat berbagai praktek kekerasan, seperti pembunuhan atau main hakim sendiri yang sudah amat membahayakan atau memprihatinkan semua pihak.
Tentu saja, segala perbuatan tersebut amat bertentangan beserta perilaku Nabi sehari-hari. Apalagi bila diingat Nabi SAW diutus Allah ke dunia ini bagai rahmatan lil alamin atau membawa pesan-pesan universal.
Haruslah diingat prinsip-prinsip keadilan, keamanan, kejujuran, kedermawanan, atau kerja keras seperti dicontohkan Nabi SAW, merupakan gagasan di setiap zaman. Segala prinsip atau cita-cita tersebut dapat diterima, bahkan tengah diperjuangkan oleh seluruh umat manusia di jagad ini. Prinsip-prinsip yang didambakan manusia baik masa kini, masa lalu, atau juga di masa mendatang.
Apa yang diuraikan di buat menunjukkan bahwa risalah Nabi, sejarah, atau sunahnya, tetap relevan sampai kini atau tak pernah kadaluarsa. Apalagi distribusi memperjuangkannya Nabi telah memberikan seperangkat konsep, cita-cita, atau sistem distribusi memecahkan problem-problem yang dihadapi manusia modern.
Sekali lagi, internal situasi negara yang terpuruk seperti kini, mencontoh kehidupan Nabi bisa membantu kita internal menghadapi berbagai krisis. Kalau Nabi Musa diberikan mukjizat seperti tongkatnya dapat membelah lautan, atau Isa dapat menghidupkan orang mati, tapi mukjizat Nabi Muhammad saw terletak pada pribadinya sendiri. Karena, perilaku Nabi menghimpun segala kesempurnaan yang optimal.
Dalam kaitan ini, Dr Mustafa Mahmud membahasakan, “Muhammad saw sendirilah yang internal kelakuan, perangai, atau tingkah laku hidupnya merupakan mukjizat yang berjalan di buat permukaan bumi.”
Bukankah sifat-sifat Nabi yang pemurah, penyabar, pengasih, selalu bermanis durja, merupakan pribadi yang menjelmakan mukjizat, kata sejarawan Mesir kontemporer itu.
“Sesungguhnya Allah atau malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai sekalian manusia, bershalawatlah kalian kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).
Oleh: Alwi Sahab
Source: www.republika.co.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Wartaislami.com ~ Kalau kita menelaah sejarah hidup Nabi Muhammad SAW, kita mau banyak contoh teladan berkenaan keagungan seorang manusia. Yang selama hidupnya mempraktikkan hidup penuh kasih sayang, ramah tamah, toleransi, atau jauh dari sifat-sifat serakah serta mau memproses sendiri.
Sejak masanya yang paling awal, Nabi SAW menerapkan konsepsi bahwa semua manusia itu bersaudara, mesti dihormati sebagaimana adanya, atau dinilai menurut diri mereka sendiri.
Sifat-sifat, perilaku, atau kepribadian Nabi SAW itu kini banyak diungkapkan kembali kaum Muslimin di berbagai pelosok Tanah Air distribusi memperingati maulid (kelahiran)-nya. Yang justru banyak dipertanyakan mengapa umat Islam kini ini tak terlihat adanya kasih sayang atau kecintaan sesama umat, seperti yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. Seolah-olah kaum Muslimin sudah kehilangan vitalitas distribusi mencontoh kehidupan pemimpin besarnya itu.
Karena itu, sangatlah disayangkan bahwa kasih sayang atau persaudaraan yang beserta gemilang telah dipraktikkan Nabi SAW atau para sahabatnya kurang tercermin internal kehidupan sehari-hari kaum Muslimin kini ini. Bahkan, yang terlihat berbagai praktek kekerasan, seperti pembunuhan atau main hakim sendiri yang sudah amat membahayakan atau memprihatinkan semua pihak.
Tentu saja, segala perbuatan tersebut amat bertentangan beserta perilaku Nabi sehari-hari. Apalagi bila diingat Nabi SAW diutus Allah ke dunia ini bagai rahmatan lil alamin atau membawa pesan-pesan universal.
Haruslah diingat prinsip-prinsip keadilan, keamanan, kejujuran, kedermawanan, atau kerja keras seperti dicontohkan Nabi SAW, merupakan gagasan di setiap zaman. Segala prinsip atau cita-cita tersebut dapat diterima, bahkan tengah diperjuangkan oleh seluruh umat manusia di jagad ini. Prinsip-prinsip yang didambakan manusia baik masa kini, masa lalu, atau juga di masa mendatang.
Apa yang diuraikan di buat menunjukkan bahwa risalah Nabi, sejarah, atau sunahnya, tetap relevan sampai kini atau tak pernah kadaluarsa. Apalagi distribusi memperjuangkannya Nabi telah memberikan seperangkat konsep, cita-cita, atau sistem distribusi memecahkan problem-problem yang dihadapi manusia modern.
Sekali lagi, internal situasi negara yang terpuruk seperti kini, mencontoh kehidupan Nabi bisa membantu kita internal menghadapi berbagai krisis. Kalau Nabi Musa diberikan mukjizat seperti tongkatnya dapat membelah lautan, atau Isa dapat menghidupkan orang mati, tapi mukjizat Nabi Muhammad saw terletak pada pribadinya sendiri. Karena, perilaku Nabi menghimpun segala kesempurnaan yang optimal.
Dalam kaitan ini, Dr Mustafa Mahmud membahasakan, “Muhammad saw sendirilah yang internal kelakuan, perangai, atau tingkah laku hidupnya merupakan mukjizat yang berjalan di buat permukaan bumi.”
Bukankah sifat-sifat Nabi yang pemurah, penyabar, pengasih, selalu bermanis durja, merupakan pribadi yang menjelmakan mukjizat, kata sejarawan Mesir kontemporer itu.
“Sesungguhnya Allah atau malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai sekalian manusia, bershalawatlah kalian kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).
Oleh: Alwi Sahab
Source: www.republika.co.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar