Buya Syafii Maarif: Jangan Memperalat Tuhan kepada Tujuan Pragmatis
Politik. Kamu mesti sering belajar kepada mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada keterangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia intern membaca share terbaru.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1998-2005, Prof Ahmad Syafii Maarif mengingatkan para politisi yang bertarung intern pesta demokrasi agar tiada mencatut atau ‘memaksa’ Tuhan kepada berpihak pada tujuan politik sesaat. Termasuk tiada mempergunakan ayat-ayat kitab suci kepada saling menjatuhkan atau membela kepentingan politik tertentu.
“Kalau memperalat Tuhan kepada tujuan politik yang kotor itu tiada bisa dibenarkan. Sepanjang sejarah demokrasi kita, ayat Quran, Tuhan dibajak oleh politisi-politisi yang tiada mau naik kelas selaku negarawan. Seperti dipaksa Tuhan berpihak kepadanya,” kata Syafii Maarif saat dimintai tanggapan soal kegaduhan pernyataan Ahok terkait Surat Al Maidah:51 pada acara program Indonesia Lawyers Club (ILC) yang ditayangkan salah satu TV swasta, bertajuk “Setelah Ahok Minta Maaf” , Selasa (11/10).
Buya Syafii tiada melarang sama sekali para politisi kepada mengutip ayat. Namun hendaknya tiada mempergunakan ayat kitab suci kepada tujuan yang kotor. “Ini (mengutip ayat) boleh jadi bisa dipahami. Tapi kalau ini hanya kepada sekadar membela kepentingan politik sesaat, ini yang merusak kita. Merusak demokrasi yang sudah kita bangun selama 18 tahun,” tutur Buya Syafii.
Para politisi, kata Buya seharusnya memikirkan nasib rakyat yang masih mengalami kesenjangan di berbagai daerah. Bukan hanya memikirkan diri sendiri atau kelompoknya pada mempergunakan segala macam cara, juga menggunakan kitab suci. “Berbuat sesuatu kepada kepentingan rakyat, jangan omong, tapi tindakan,” imbau Syafii Maarif.
Guru bangsa itu mengajak segenap elemen bangsa, khususnya para politisi, kepada makin peduli pada kepentingan rakyat yang makin luas atau tujuan jangka panjang. “Suatu tujuan demokrasi yang ideal masih sulit karena kualitas politisi kita masih jauh dari ideal. Tapi paling tiada kalau kita mencintai bangsa ini, terkapar intern perjalanan, mari kita perbaiki diri. Jangan berbohong,” katanya.
Kebrobrokan politik Indonesia, menurut Buya juga dipengaruhi oleh kualitas atau dayamuat politisi serta banyaknya praktek politik transaksional kepada tujuan-tujuan pragmatis. “Politik uang kita luar biasa. Itu sudah selaku rahasia umum, semua orang tahu. Imbauan aku tiada cukup. Tapi mari kita dari niat hati yang baik, mengubah diri kepada memperbaiki keadaan,” tukas Buya Syafii.
Dalam kesempatan itu, Buya Syafii berharap semua pihak kepada tiada memperpanjang kegaduhan terkait ucapan Gubernur DKI Jakarta Ahok soal surat Al-Maidah ayat 51 saat berdialog pada warga Kepulauan Seribu. “Ahok sudah minta maaf, kalo sudah minta maaf yah diselesaikan saja. Dan aku rasa Ahok bukan orang jahat lah. Diselesaikan pada baiklah pada fair tanpa ada kampanye hitam” ucap Buya Syafii Maarif
Sumber : metroislam.com
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Politik. Kamu mesti sering belajar kepada mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada keterangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia intern membaca share terbaru.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1998-2005, Prof Ahmad Syafii Maarif mengingatkan para politisi yang bertarung intern pesta demokrasi agar tiada mencatut atau ‘memaksa’ Tuhan kepada berpihak pada tujuan politik sesaat. Termasuk tiada mempergunakan ayat-ayat kitab suci kepada saling menjatuhkan atau membela kepentingan politik tertentu.
“Kalau memperalat Tuhan kepada tujuan politik yang kotor itu tiada bisa dibenarkan. Sepanjang sejarah demokrasi kita, ayat Quran, Tuhan dibajak oleh politisi-politisi yang tiada mau naik kelas selaku negarawan. Seperti dipaksa Tuhan berpihak kepadanya,” kata Syafii Maarif saat dimintai tanggapan soal kegaduhan pernyataan Ahok terkait Surat Al Maidah:51 pada acara program Indonesia Lawyers Club (ILC) yang ditayangkan salah satu TV swasta, bertajuk “Setelah Ahok Minta Maaf” , Selasa (11/10).
Buya Syafii tiada melarang sama sekali para politisi kepada mengutip ayat. Namun hendaknya tiada mempergunakan ayat kitab suci kepada tujuan yang kotor. “Ini (mengutip ayat) boleh jadi bisa dipahami. Tapi kalau ini hanya kepada sekadar membela kepentingan politik sesaat, ini yang merusak kita. Merusak demokrasi yang sudah kita bangun selama 18 tahun,” tutur Buya Syafii.
Para politisi, kata Buya seharusnya memikirkan nasib rakyat yang masih mengalami kesenjangan di berbagai daerah. Bukan hanya memikirkan diri sendiri atau kelompoknya pada mempergunakan segala macam cara, juga menggunakan kitab suci. “Berbuat sesuatu kepada kepentingan rakyat, jangan omong, tapi tindakan,” imbau Syafii Maarif.
Guru bangsa itu mengajak segenap elemen bangsa, khususnya para politisi, kepada makin peduli pada kepentingan rakyat yang makin luas atau tujuan jangka panjang. “Suatu tujuan demokrasi yang ideal masih sulit karena kualitas politisi kita masih jauh dari ideal. Tapi paling tiada kalau kita mencintai bangsa ini, terkapar intern perjalanan, mari kita perbaiki diri. Jangan berbohong,” katanya.
Kebrobrokan politik Indonesia, menurut Buya juga dipengaruhi oleh kualitas atau dayamuat politisi serta banyaknya praktek politik transaksional kepada tujuan-tujuan pragmatis. “Politik uang kita luar biasa. Itu sudah selaku rahasia umum, semua orang tahu. Imbauan aku tiada cukup. Tapi mari kita dari niat hati yang baik, mengubah diri kepada memperbaiki keadaan,” tukas Buya Syafii.
Dalam kesempatan itu, Buya Syafii berharap semua pihak kepada tiada memperpanjang kegaduhan terkait ucapan Gubernur DKI Jakarta Ahok soal surat Al-Maidah ayat 51 saat berdialog pada warga Kepulauan Seribu. “Ahok sudah minta maaf, kalo sudah minta maaf yah diselesaikan saja. Dan aku rasa Ahok bukan orang jahat lah. Diselesaikan pada baiklah pada fair tanpa ada kampanye hitam” ucap Buya Syafii Maarif
Sumber : metroislam.com
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar