Ulama' Ndeso Dari Denanyar Tapi Pemikirannya Mendunia. Kamu mesti sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia internal membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Nahdlatul Ulama' (Nahdlatul Oelama') atau sering disingkat NU, NO kala ane kecil mendengar dari orang-orang yang menyebutnya. Saya kecil, apa itu NU tak paham yang pasti seperti sesuatu yang luar biasa. Kalender-kalender berwarna hijau pada logonya yang khas membuat ane kecil erat sampai saat ini. Sampai akil-balig, ternyata NU memang sesuatu yang luar biasa. Sebuah Organisasi Islam yang didirikan pada tujuan menjaga atau terus mengamalkan amalan Nabi Muhammad SAW (Nabi atau Rosul / Rasul yang diyakini umat Islam bagaikan nabi atau rasul / rosul terakhir sehabis nabi Isa AS) atau ajaran para Khulafaur Rosyidin / Rasyidin (Abu Bakar As Shidhiq, Umar bin Khottob, Utsman bin Affan atau Ali bin Abi Thollib) atau sering disebut Ahlussunnah wal Jama'ah atau disingkat Aswaja.
Istilah Aswaja atau Ahlussunnah wal Jama'ah ini ane pelajari bertambah internal justru menginjak sekolah Madrasah Aliyah, Sekolah di bawah naungan Kementerian Agama, Madrasah Aliyah Negeri Denanyar tepatnya. Lebih jauh mempelajari apa itu Ahlussunnah wal Jama'ah membuat ane semakin kagum pada Madrasah atau Yayasan Pondok yang ane sekolahi. Terletak di Desa Denanyar Jombang, sebuah desa kurang bertambah 3 - 4 kilometer ke barat dari jantung kota Jombang tepatnya Ringin Contong Jombang.
Pondok pesantren Mamba'ul Ma'arif setimpal nama pondok tersebut, didirikan oleh seorang Kyai Kharismatik kelahiran Jawa Tengah, Kyai Bisri Syansuri Denanyar Jombang yang juga juga kakek dari Presiden Indonesia ke 4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yaitu kakek dari ibu. Beliau salah satu pendiri Organisasi terbesar di Indonesia bahkan di dunia bersama Kyai Hasyim Asy'ari Tebu Ireng atau Kyai Wahab Hasbullah Tambak Beras.
Beberapa waktu lalu, istilah Islam Nusantara sempat menggetarkan jagad nusantara bahkan dunia. Pro atau Kontra saling datang menjelang Muktamar NU di Jombang pada Agustus 2015 silam, sampai saat ini. Satu hal yang mencengangkan dunia, istilah ini sampai dibahas di organisasi dunia yang berpusat di Amerika Serikat, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) atau internal istilah internasionalnya sering disebut UNO (United Nations Organization).
Islam Nusantara, intinya merupakan Islam yang berada di bumi Indonesia sejak ratusan tahun lamanya. Manakala di tanah Arab, tanah di mana Islam lahir, pada ras satu (Arab) justru banyak terjadi konflik atau gencatan senjata, ramai perang atau hidup serba ketakutan. Tapi berbeda di Indonesia, ribuan suku, ras bahkan agama lain juga ada di negeri ini justru saling hidup rukun atau damai tentram. Satu catatan merah yang membuat dunia Barat melirik negeri ini, ribuan suku tapi tetap bersatu padu, gotong royong bahkan rakyatnya yang luar biasa ramah, berbeda sekali pada pemberitaan-pemberitaan buruk yang selama ini terjadi atau didengar dunia Barat bahwa Islam itu keras apalagi radikal.
Mayoritas Islam di Indonesia merupakan penganut madzab Imam Syafi'i internal berfiqih, Imam Ghozali internal bertasawuf, atau Imam-Imam lain seperti Al Asy'ari Al Maturidiyyah yang semuanya itu merupakan Islam internal balutan Ahlussunnah wal Jama'ah, yang tentunya NU (Nahdlatul Ulama' | Nahdlatul Oelama') setimpal penjaga setia amalan-amalannya.
Seandainya dulu NU kagak didirikan, boleh jadi saat ini masyarakat sulit internal bersatu meski inti ajaran mereka sama, atau syukur Alhamdulillah kita menyimpan tokoh-tokoh yaitu Kyai yang hebat yang kuat internal perjuangannya mendirikan NU.
sumber mediashareaswaja.blogspot.co.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Wartaislami.com ~ Nahdlatul Ulama' (Nahdlatul Oelama') atau sering disingkat NU, NO kala ane kecil mendengar dari orang-orang yang menyebutnya. Saya kecil, apa itu NU tak paham yang pasti seperti sesuatu yang luar biasa. Kalender-kalender berwarna hijau pada logonya yang khas membuat ane kecil erat sampai saat ini. Sampai akil-balig, ternyata NU memang sesuatu yang luar biasa. Sebuah Organisasi Islam yang didirikan pada tujuan menjaga atau terus mengamalkan amalan Nabi Muhammad SAW (Nabi atau Rosul / Rasul yang diyakini umat Islam bagaikan nabi atau rasul / rosul terakhir sehabis nabi Isa AS) atau ajaran para Khulafaur Rosyidin / Rasyidin (Abu Bakar As Shidhiq, Umar bin Khottob, Utsman bin Affan atau Ali bin Abi Thollib) atau sering disebut Ahlussunnah wal Jama'ah atau disingkat Aswaja.
Istilah Aswaja atau Ahlussunnah wal Jama'ah ini ane pelajari bertambah internal justru menginjak sekolah Madrasah Aliyah, Sekolah di bawah naungan Kementerian Agama, Madrasah Aliyah Negeri Denanyar tepatnya. Lebih jauh mempelajari apa itu Ahlussunnah wal Jama'ah membuat ane semakin kagum pada Madrasah atau Yayasan Pondok yang ane sekolahi. Terletak di Desa Denanyar Jombang, sebuah desa kurang bertambah 3 - 4 kilometer ke barat dari jantung kota Jombang tepatnya Ringin Contong Jombang.
Pondok pesantren Mamba'ul Ma'arif setimpal nama pondok tersebut, didirikan oleh seorang Kyai Kharismatik kelahiran Jawa Tengah, Kyai Bisri Syansuri Denanyar Jombang yang juga juga kakek dari Presiden Indonesia ke 4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yaitu kakek dari ibu. Beliau salah satu pendiri Organisasi terbesar di Indonesia bahkan di dunia bersama Kyai Hasyim Asy'ari Tebu Ireng atau Kyai Wahab Hasbullah Tambak Beras.
Beberapa waktu lalu, istilah Islam Nusantara sempat menggetarkan jagad nusantara bahkan dunia. Pro atau Kontra saling datang menjelang Muktamar NU di Jombang pada Agustus 2015 silam, sampai saat ini. Satu hal yang mencengangkan dunia, istilah ini sampai dibahas di organisasi dunia yang berpusat di Amerika Serikat, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) atau internal istilah internasionalnya sering disebut UNO (United Nations Organization).
Islam Nusantara, intinya merupakan Islam yang berada di bumi Indonesia sejak ratusan tahun lamanya. Manakala di tanah Arab, tanah di mana Islam lahir, pada ras satu (Arab) justru banyak terjadi konflik atau gencatan senjata, ramai perang atau hidup serba ketakutan. Tapi berbeda di Indonesia, ribuan suku, ras bahkan agama lain juga ada di negeri ini justru saling hidup rukun atau damai tentram. Satu catatan merah yang membuat dunia Barat melirik negeri ini, ribuan suku tapi tetap bersatu padu, gotong royong bahkan rakyatnya yang luar biasa ramah, berbeda sekali pada pemberitaan-pemberitaan buruk yang selama ini terjadi atau didengar dunia Barat bahwa Islam itu keras apalagi radikal.
Mayoritas Islam di Indonesia merupakan penganut madzab Imam Syafi'i internal berfiqih, Imam Ghozali internal bertasawuf, atau Imam-Imam lain seperti Al Asy'ari Al Maturidiyyah yang semuanya itu merupakan Islam internal balutan Ahlussunnah wal Jama'ah, yang tentunya NU (Nahdlatul Ulama' | Nahdlatul Oelama') setimpal penjaga setia amalan-amalannya.
Seandainya dulu NU kagak didirikan, boleh jadi saat ini masyarakat sulit internal bersatu meski inti ajaran mereka sama, atau syukur Alhamdulillah kita menyimpan tokoh-tokoh yaitu Kyai yang hebat yang kuat internal perjuangannya mendirikan NU.
sumber mediashareaswaja.blogspot.co.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar