Tangisan Rasulullah Mendengar Keyakinan Umatnya. Kamu wajib sering belajar porsi mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka demi keterangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan utama intern membaca share terbaru.
Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah SAW sedang asyik bertawaf di Kabah beliau mendengar ada seseorang di hadapannya bertawaf serta berzikir penuh kekhusuaan. Ia tiada memperhatikan orang-orang sekitarnya yang saling besenggolan orang itu tetap khusus berzikir demi mengucapkan “Ya Karim… Ya Karim.
Di saat bersamaan baginda Rasulullah SAW sedang melakukan ibadah haji juga. Beliau terkesan demi seseorang yang fokus demi zikirnya di depan Ka’bah serta Rasulullah SAW menirunya mengucapkan “Ya Karim! Ya Karim!”.
Mendengarkan ucapannya ditiru, seseorang yang sedang khusus berzikir itu Ialu berhenti serta menaat ke salah satu Kabah. Ketika itu ia masih mengacuhkannya serta melanjutkan zikirnya lagi demi khusus demi masih membaca “Ya Karim… Ya Karim…”
Rasulullah SAW yang mengenal bawah orang yang sedang diikuti zikirnya itu sekelumit mengusiknya namun Rasulullah tetap melanjutkan zikirnya yang sama demi seorang Arab Badwi tadi yang membaca “Ya Karim..Ya Karim…”
Karena merasa seperti diolok-olokkan keputusannya seseorang itu menoleh ke belakang porsi yang kedua kalinya, kali ini ia menegurnya serta menyampaikan kenapa mesti mengikuti zikir yang dibacanya. Ia ingin mempermasalahkan makin jauh terhadap orang itu bagi tindakannya karena melihat seseorang dibelakangnya itu mengantongi penmpilan yang berbeda demi orang-orang di sekelilingnya keputusannya ia tiada mempermasalahkannya serta hanya cukup menegaskan.
“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku,karena aku ini lurus orang Arab Badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu serta kegagahanmu, pasti engkau bakal aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum, lalu bertanya. “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”.
“Belum,” jawab orang itu.
Lanjut Rasulullah kepada orang Arab Badwi itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?” tanya Rasulullah.
“Saya percaya demi mantap bagi kenabiannya, sekalipun ane belum pernah melihatnya, serta membenarkan perutusannya, sekalipun ane belum pernah bertemudengannya,” kata orang Arab Badwi itu lagi.
Mendengar perkataan yang penuh ke imanan dari mulut orang Arab Badwi itu Rasulullah SAW pun berkata lagi kepadanya. “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia serta penolongmu nanti di akhirat,”
Melihat Nabi di hadapannya, ia tercengang, seperti tiada percaya kepada dirinya.“Tuan ini Nabi Muhammad?”
“Ya” jawab baginda Rasululla . lalu orang itu segera tunduk porsi mencium kedua kaki Rasulullah. Melihat hal itu, Rasulullah merenggut tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya. “Wahai orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan porsi selaku seorang yang takabbur yang merayu dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit ia berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu serta bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar ia tiada terpesona demi belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah bakal menghisabnya di hari Mahsyar nanti, bakal menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi .
Maka orang Arab itu pula berkata: “Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan bakal membuat perhitungan bagi amalan hamba, maka hamba pun bakal membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab badwi itu.
“Apakah yang bakal engkau perhitungkan demi Tuhan?” Rasulullahbertanya kepadanya. ‘Jika Tuhan bakal memperhitungkan dosa-dosa hamba, makahamba bakal memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,” jawab orang itu.
“Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba bakal memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba bakal memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!”
Mendengar ucapan orang Arab Badui itu, maka Rasulullah pun menangismengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab Badui itu, larutan indra penglihat beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, serta bersabda.
“Berhentilah engkau dari meratap! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih serta tahmidnya, jadi la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tiada bakal menghisab dirinya, juga tiada bakal memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah mengampuni semua kesalahannya serta la bakal selaku temanmu di syurgananti!”. Betapa senangnya orang Arab badwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangiskarena tiada berdaya menahan keharuan dirinya.
Kisah pertemuan tengah seorang Arab Badwi demi Rasulullah SAW itu memberikan pelajaran bahwa ampunan Allah begitu besar. Dan selalu yakin bahwa sebesar apapun dosa yang kita lakukan Allah pasti mengampuninya asal kita mau minta ampun kepada Allah demi tiada mengulangi perbuat yang dilarangnya. Mengenai hal ini telah Allah SWT sampaikan Surat Al-Hikmah Ayat 29 yang artinya “Janganlah membesarkan dosa (demi suatu) kebesaran (tertentu) di sisimu, (sedemikian rupa jadi) menghalangimu dari berprasangka baik kepada Allah Ta’ala; karena sesungguhnya barangsiapa mengenal Rabb-nya, maka ia bakal menganggap kecil dosanya di sisi kemuliaan-Nya.”
Manusia lurus tempat salah serta khilaf intern arti yang sesungguhnya, yang dipasangkan demi sifat Allah yang hadir demi sifat Cinta Kasih serta Penuh Pemaafan. Allah Ta’ala hadir demi sifat Cinta Kasih, lagi Maha Pengampun. Itu lurus pasangannya. Manusia selaku tempat berbuat salah, serta Allah demi sifat Cinta Kasih-Nya. Allah Ta’ala lurus Dzat yang mencintai kepemaafan. Di tengah kita, wajib saling berwasiat. Jika Allah Maha Pemaaf, maka kita selaku insan pun mesti pemaaf juga.
“Hai Anak Adam, selama kalian berdoa serta berharap kepada-Ku, niscaya Aku bakal memberikan ampunan kepada kalian bagi semua dosa yang kalian lakukan tanpa Kupedulikan. Hai Anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai ketinggian langit, kemudian kalian memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku bakal mengampuni semua dosa yang telah kalian lakukan tanpa Kupedulikan. Hai Anak Adam, seandainya kalian datang kepada-Ku demi membawa dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian kalian datang kepada-Ku tanpa mempersekutukan Aku demi sesuatu pun, niscaya Aku bakal datang demi membawa ampunan sepenuh bumi.” — H.R. At-Tirmidzi
Source: www.republika.co.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah SAW sedang asyik bertawaf di Kabah beliau mendengar ada seseorang di hadapannya bertawaf serta berzikir penuh kekhusuaan. Ia tiada memperhatikan orang-orang sekitarnya yang saling besenggolan orang itu tetap khusus berzikir demi mengucapkan “Ya Karim… Ya Karim.
Di saat bersamaan baginda Rasulullah SAW sedang melakukan ibadah haji juga. Beliau terkesan demi seseorang yang fokus demi zikirnya di depan Ka’bah serta Rasulullah SAW menirunya mengucapkan “Ya Karim! Ya Karim!”.
Mendengarkan ucapannya ditiru, seseorang yang sedang khusus berzikir itu Ialu berhenti serta menaat ke salah satu Kabah. Ketika itu ia masih mengacuhkannya serta melanjutkan zikirnya lagi demi khusus demi masih membaca “Ya Karim… Ya Karim…”
Rasulullah SAW yang mengenal bawah orang yang sedang diikuti zikirnya itu sekelumit mengusiknya namun Rasulullah tetap melanjutkan zikirnya yang sama demi seorang Arab Badwi tadi yang membaca “Ya Karim..Ya Karim…”
Karena merasa seperti diolok-olokkan keputusannya seseorang itu menoleh ke belakang porsi yang kedua kalinya, kali ini ia menegurnya serta menyampaikan kenapa mesti mengikuti zikir yang dibacanya. Ia ingin mempermasalahkan makin jauh terhadap orang itu bagi tindakannya karena melihat seseorang dibelakangnya itu mengantongi penmpilan yang berbeda demi orang-orang di sekelilingnya keputusannya ia tiada mempermasalahkannya serta hanya cukup menegaskan.
“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku,karena aku ini lurus orang Arab Badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu serta kegagahanmu, pasti engkau bakal aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum, lalu bertanya. “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”.
“Belum,” jawab orang itu.
Lanjut Rasulullah kepada orang Arab Badwi itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?” tanya Rasulullah.
“Saya percaya demi mantap bagi kenabiannya, sekalipun ane belum pernah melihatnya, serta membenarkan perutusannya, sekalipun ane belum pernah bertemudengannya,” kata orang Arab Badwi itu lagi.
Mendengar perkataan yang penuh ke imanan dari mulut orang Arab Badwi itu Rasulullah SAW pun berkata lagi kepadanya. “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia serta penolongmu nanti di akhirat,”
Melihat Nabi di hadapannya, ia tercengang, seperti tiada percaya kepada dirinya.“Tuan ini Nabi Muhammad?”
“Ya” jawab baginda Rasululla . lalu orang itu segera tunduk porsi mencium kedua kaki Rasulullah. Melihat hal itu, Rasulullah merenggut tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya. “Wahai orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan porsi selaku seorang yang takabbur yang merayu dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit ia berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu serta bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar ia tiada terpesona demi belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah bakal menghisabnya di hari Mahsyar nanti, bakal menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi .
Maka orang Arab itu pula berkata: “Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan bakal membuat perhitungan bagi amalan hamba, maka hamba pun bakal membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab badwi itu.
“Apakah yang bakal engkau perhitungkan demi Tuhan?” Rasulullahbertanya kepadanya. ‘Jika Tuhan bakal memperhitungkan dosa-dosa hamba, makahamba bakal memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,” jawab orang itu.
“Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba bakal memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba bakal memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!”
Mendengar ucapan orang Arab Badui itu, maka Rasulullah pun menangismengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab Badui itu, larutan indra penglihat beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, serta bersabda.
“Berhentilah engkau dari meratap! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih serta tahmidnya, jadi la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tiada bakal menghisab dirinya, juga tiada bakal memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah mengampuni semua kesalahannya serta la bakal selaku temanmu di syurgananti!”. Betapa senangnya orang Arab badwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangiskarena tiada berdaya menahan keharuan dirinya.
Kisah pertemuan tengah seorang Arab Badwi demi Rasulullah SAW itu memberikan pelajaran bahwa ampunan Allah begitu besar. Dan selalu yakin bahwa sebesar apapun dosa yang kita lakukan Allah pasti mengampuninya asal kita mau minta ampun kepada Allah demi tiada mengulangi perbuat yang dilarangnya. Mengenai hal ini telah Allah SWT sampaikan Surat Al-Hikmah Ayat 29 yang artinya “Janganlah membesarkan dosa (demi suatu) kebesaran (tertentu) di sisimu, (sedemikian rupa jadi) menghalangimu dari berprasangka baik kepada Allah Ta’ala; karena sesungguhnya barangsiapa mengenal Rabb-nya, maka ia bakal menganggap kecil dosanya di sisi kemuliaan-Nya.”
Manusia lurus tempat salah serta khilaf intern arti yang sesungguhnya, yang dipasangkan demi sifat Allah yang hadir demi sifat Cinta Kasih serta Penuh Pemaafan. Allah Ta’ala hadir demi sifat Cinta Kasih, lagi Maha Pengampun. Itu lurus pasangannya. Manusia selaku tempat berbuat salah, serta Allah demi sifat Cinta Kasih-Nya. Allah Ta’ala lurus Dzat yang mencintai kepemaafan. Di tengah kita, wajib saling berwasiat. Jika Allah Maha Pemaaf, maka kita selaku insan pun mesti pemaaf juga.
“Hai Anak Adam, selama kalian berdoa serta berharap kepada-Ku, niscaya Aku bakal memberikan ampunan kepada kalian bagi semua dosa yang kalian lakukan tanpa Kupedulikan. Hai Anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai ketinggian langit, kemudian kalian memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku bakal mengampuni semua dosa yang telah kalian lakukan tanpa Kupedulikan. Hai Anak Adam, seandainya kalian datang kepada-Ku demi membawa dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian kalian datang kepada-Ku tanpa mempersekutukan Aku demi sesuatu pun, niscaya Aku bakal datang demi membawa ampunan sepenuh bumi.” — H.R. At-Tirmidzi
Source: www.republika.co.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar