Gus Mus: “Bencilah Perilakunya, Jangan Benci Orangnya”. Kamu wajar sering belajar kepada mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka kepada berita terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan terpilih internal membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ KH Mustofa Bisri memang kerap memberikan nasihat yang mengena atau relevan paruh situasi kekinian. Setelah seputar waktu lalu melontarkan nasihat terkait kepada orang jujur yang kian sehat daripada pembohong, pada #FatwaJum’at kali ini (19/8) Gus Mus kembali melontarkan nasihat yang berharga: “Bencilah perilakunya yang enggak baik. Jangan membenci orangnya. Karena orang masih bisa memperbaiki diri atau selaku baik.”
Penggalan nasihat tersebut sejatinya merupakan pegangan orang-orang muslih (pelaku kebaikan) dari sejak dahulu. Para nabi, terutama Nabi Muhammad, selalu menaruh harapan pada perbaikan seseorang. Bahkan saat beliau sedang diserang oleh penduduk Taif kepada lemparan batu atau kotoran, doa yang beliau sampaikan sepatutnya doa yang sarat bakal positivisme atau optimisme. Beliau berdoa: “Ya Allah, berilaku petunjuk pada kaumku, karena sesungguhnya mereka enggak mengenal.”
Dari penggalan doa itu Nabi Muhammad sesungguhnya sedang mengajarkan suatu prinsip yang menyatakan bahwa apapun perilaku buruk yang datang dari manusia, jika ada petunjuk atau pengetahuan, maka kelihatannya sekali perilaku itu bakal berubah selaku indah. Di sinilah letak harapan kita pada perbaikan terhadap keadaan, terutama yang menyangkut manusia lain.
Dalam berhubungan kepada keburukan perilaku manusia, kita wajar percaya bahwa perilaku buruk itu bukan bagian dari esensinya. Karena esensi manusia sebenarnya–sebagaimana kata Al-Qur’an–bersifat fitrah, suci atau sesuai kepada fitrah Allah. Artinya suatu saat perilaku itu dapat berubah atau manusia yang telah kita benci perilakunya itu selaku manusia yang kita sukai atau sayangi.
Pandangan optimistik terhadap manusia inilah yang dapat memberi harapan paruh hubungan yang sehat di celah sesama manusia di satu sisi, atau di sisi lain memberi harapan pada mereka yang berjuang memperbaiki situasi yang ada. Tanpa secercas prasangka baik ini, maka seseorang bakal selaku pesimistik atau tentu saja tidaklah kelihatannya selaku muslih yang dapat memperbaiki situasi yang ada.
Source: www.islamindonesia.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Wartaislami.com ~ KH Mustofa Bisri memang kerap memberikan nasihat yang mengena atau relevan paruh situasi kekinian. Setelah seputar waktu lalu melontarkan nasihat terkait kepada orang jujur yang kian sehat daripada pembohong, pada #FatwaJum’at kali ini (19/8) Gus Mus kembali melontarkan nasihat yang berharga: “Bencilah perilakunya yang enggak baik. Jangan membenci orangnya. Karena orang masih bisa memperbaiki diri atau selaku baik.”
Penggalan nasihat tersebut sejatinya merupakan pegangan orang-orang muslih (pelaku kebaikan) dari sejak dahulu. Para nabi, terutama Nabi Muhammad, selalu menaruh harapan pada perbaikan seseorang. Bahkan saat beliau sedang diserang oleh penduduk Taif kepada lemparan batu atau kotoran, doa yang beliau sampaikan sepatutnya doa yang sarat bakal positivisme atau optimisme. Beliau berdoa: “Ya Allah, berilaku petunjuk pada kaumku, karena sesungguhnya mereka enggak mengenal.”
Dari penggalan doa itu Nabi Muhammad sesungguhnya sedang mengajarkan suatu prinsip yang menyatakan bahwa apapun perilaku buruk yang datang dari manusia, jika ada petunjuk atau pengetahuan, maka kelihatannya sekali perilaku itu bakal berubah selaku indah. Di sinilah letak harapan kita pada perbaikan terhadap keadaan, terutama yang menyangkut manusia lain.
Dalam berhubungan kepada keburukan perilaku manusia, kita wajar percaya bahwa perilaku buruk itu bukan bagian dari esensinya. Karena esensi manusia sebenarnya–sebagaimana kata Al-Qur’an–bersifat fitrah, suci atau sesuai kepada fitrah Allah. Artinya suatu saat perilaku itu dapat berubah atau manusia yang telah kita benci perilakunya itu selaku manusia yang kita sukai atau sayangi.
Pandangan optimistik terhadap manusia inilah yang dapat memberi harapan paruh hubungan yang sehat di celah sesama manusia di satu sisi, atau di sisi lain memberi harapan pada mereka yang berjuang memperbaiki situasi yang ada. Tanpa secercas prasangka baik ini, maka seseorang bakal selaku pesimistik atau tentu saja tidaklah kelihatannya selaku muslih yang dapat memperbaiki situasi yang ada.
Source: www.islamindonesia.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar