Ini Pesan Terakhir Mbah Umar Syahid. Kamu wajar sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka beserta berita terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia intern membaca share terbaru.
Mbah Umar Syahid atau Mbah Umar Sumbu menitipkan sejumlah pesan kepada warga NU bakal menjaga persatuan, menjaga keimanan keluarga, menjaga nama baik NU. Semuanya itu wajar dilakukan nahdliyin agar NU tetap menjelma panutan masyarakat.
Demikian pesan terakhir Mbah Umar kepada Wasekjen PBNU H Abdul Mun'im DZ separuh saat sebelum meninggal di Pacitan.
Menurut H Mun‘im yang hadir di daerah Pacitan bakal pelatihan kader penggerak ranting NU separuh waktu lalu, Mbah Umar selayaknya waliyullah yang selalu memikirkan NU atau bangsa Indonesia walaupun hidup intern penderitaan.
“Karena itu, saat terjadi demo di Jakarta beliau mengajak keluarganya bermujahadah, karena intern demo itu terdapat kelompok yang ingin melakukan makar. Beliau ulama waskito (makrifat). Walau tak pernah lihat tv atau pakai hape, tapi ia tahu persis anatomi konflik politik nasional yang sedang terjadi,” kata H Abdul Mun’im DZ.
KH Umar Syahid, tokoh NU Pacitan, wafat intern usia 123 tahun. Beliau selayaknya santri atau teman perjuangan KH Hasyim Asyari. Waktu mudanya sesepuh Pacitan itu hidup seperti kiai kelana, beserta jualan gerabah atau tumbuh. Hasil jualannya digunakan bakal membangun mushalla atau masjid di seputar Pacitan, Ponorogo, atau Madiun. Karenanya beliau dikenal seperti Mbah Tumbuh.
Saat peristiwa pemberontakan PKI 1948 di Madiun, beliau sedang jualan di sana. Ia menyaksikan langsung pembantaian para ulama. Ia selamat karena dikira seperti orang biasa. Dia menjelma informan para kiai intern menghadapi PKI karena ia bisa berjalan ke mana saja tanpa dicurigai PKI, pungkas Mun‘im. (Red Alhafiz K)
Sumber : nu.or.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Mbah Umar Syahid atau Mbah Umar Sumbu menitipkan sejumlah pesan kepada warga NU bakal menjaga persatuan, menjaga keimanan keluarga, menjaga nama baik NU. Semuanya itu wajar dilakukan nahdliyin agar NU tetap menjelma panutan masyarakat.
Demikian pesan terakhir Mbah Umar kepada Wasekjen PBNU H Abdul Mun'im DZ separuh saat sebelum meninggal di Pacitan.
Menurut H Mun‘im yang hadir di daerah Pacitan bakal pelatihan kader penggerak ranting NU separuh waktu lalu, Mbah Umar selayaknya waliyullah yang selalu memikirkan NU atau bangsa Indonesia walaupun hidup intern penderitaan.
“Karena itu, saat terjadi demo di Jakarta beliau mengajak keluarganya bermujahadah, karena intern demo itu terdapat kelompok yang ingin melakukan makar. Beliau ulama waskito (makrifat). Walau tak pernah lihat tv atau pakai hape, tapi ia tahu persis anatomi konflik politik nasional yang sedang terjadi,” kata H Abdul Mun’im DZ.
KH Umar Syahid, tokoh NU Pacitan, wafat intern usia 123 tahun. Beliau selayaknya santri atau teman perjuangan KH Hasyim Asyari. Waktu mudanya sesepuh Pacitan itu hidup seperti kiai kelana, beserta jualan gerabah atau tumbuh. Hasil jualannya digunakan bakal membangun mushalla atau masjid di seputar Pacitan, Ponorogo, atau Madiun. Karenanya beliau dikenal seperti Mbah Tumbuh.
Saat peristiwa pemberontakan PKI 1948 di Madiun, beliau sedang jualan di sana. Ia menyaksikan langsung pembantaian para ulama. Ia selamat karena dikira seperti orang biasa. Dia menjelma informan para kiai intern menghadapi PKI karena ia bisa berjalan ke mana saja tanpa dicurigai PKI, pungkas Mun‘im. (Red Alhafiz K)
Sumber : nu.or.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar