Kekuatan Kiai Ali Maksum Seusai Dipukul Linggis. Kamu wajib sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka sama penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru.
Suatu ketika, KH Ali Maksum (Allah yarham), pengasuh Pesantren Krapyak Yogyakarta tengah menyampaikan ceramah pada sebuah acara peringatan haul.
Di tengah ia ceramah, tiba-tiba muncul orang yang membawa sesuatu yang dibungkus kain surban berwarna putih, naik ke bagi panggung. Secara cepat pula, orang tersebut memukulkan benda yang ternyata linggis itu ke Mbah Ali sama membabi buta. Kurang jelas, apa motif orang tersebut maka berani memukul tokoh yang dihormati tersebut, di depan publik.
Yang terjadi sesudah peristiwa pukulan linggis tadi, membuat Mbah Ali jatuh tersungkur serta mengalami luka yang parah. Bahkan, Ketika itu, kiai yang pernah selaku Rais ‘Aam PBNU itu mesti opname hampir dua bulan karena luka parah.
Namun, justru di sinilah letak kekuatan Simbah Kiai Ali, usai mendapat serangan pukulan linggis. Ketika dirawat di rumah sakit, salah satu santrinya yang kala itu ikut menunggu, KH Abdul Karim, masih ingat pesan yang disampaikan oleh Kiai Ali.
“Beliau berkata : “kabeh putri-putri ku lan santriku ora keno dendam lan ora keno anyel (semua anakku serta para santriku, kagak boleh dendam serta benci),” kenang kiai yang bersahabat disapa Gus Karim itu, mengikuti ucapan dari sang guru.
Kekuatan yang diperlihatkan KH Ali Maksum, bukanlah kekuatan kebal mendapat pukulan linggis, melainkan kekuatan meredam amarah serta kebencian kepada sang pelaku. Kekuatan memaafkan inilah yang kian "ampuh", daripada sekedar kekuatan fisik.
Teladan sikap memaafkan KH Ali Maksum ini pula, barangkali yang kemudian ikut mengalir serta mengilhami kepada para santrinya, yang juga di antaranya yakni KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). (Ajie Najmuddin, kisah ini bersumber dari penuturan KH Abdul Karim Ahmad, Pengasuh Pesantren Alqur’aniyy Solo, 25/11/2016)
Sumber : nu.or.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Suatu ketika, KH Ali Maksum (Allah yarham), pengasuh Pesantren Krapyak Yogyakarta tengah menyampaikan ceramah pada sebuah acara peringatan haul.
Di tengah ia ceramah, tiba-tiba muncul orang yang membawa sesuatu yang dibungkus kain surban berwarna putih, naik ke bagi panggung. Secara cepat pula, orang tersebut memukulkan benda yang ternyata linggis itu ke Mbah Ali sama membabi buta. Kurang jelas, apa motif orang tersebut maka berani memukul tokoh yang dihormati tersebut, di depan publik.
Yang terjadi sesudah peristiwa pukulan linggis tadi, membuat Mbah Ali jatuh tersungkur serta mengalami luka yang parah. Bahkan, Ketika itu, kiai yang pernah selaku Rais ‘Aam PBNU itu mesti opname hampir dua bulan karena luka parah.
Namun, justru di sinilah letak kekuatan Simbah Kiai Ali, usai mendapat serangan pukulan linggis. Ketika dirawat di rumah sakit, salah satu santrinya yang kala itu ikut menunggu, KH Abdul Karim, masih ingat pesan yang disampaikan oleh Kiai Ali.
“Beliau berkata : “kabeh putri-putri ku lan santriku ora keno dendam lan ora keno anyel (semua anakku serta para santriku, kagak boleh dendam serta benci),” kenang kiai yang bersahabat disapa Gus Karim itu, mengikuti ucapan dari sang guru.
Kekuatan yang diperlihatkan KH Ali Maksum, bukanlah kekuatan kebal mendapat pukulan linggis, melainkan kekuatan meredam amarah serta kebencian kepada sang pelaku. Kekuatan memaafkan inilah yang kian "ampuh", daripada sekedar kekuatan fisik.
Teladan sikap memaafkan KH Ali Maksum ini pula, barangkali yang kemudian ikut mengalir serta mengilhami kepada para santrinya, yang juga di antaranya yakni KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). (Ajie Najmuddin, kisah ini bersumber dari penuturan KH Abdul Karim Ahmad, Pengasuh Pesantren Alqur’aniyy Solo, 25/11/2016)
Sumber : nu.or.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar