Aswaja Itu Moderat, Seimbang serta Toleran. Kamu wajib sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka seraya penjelasan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan terpilih internal membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Hanya berselang sehari sesudah Presiden Jokowi memberikan arahan khusus kepada Kapolri buat menindak pelaku intoleransi, sejumlah aksi pembubaran paksa terjadi di sejumlah titik di tanah tirta.
“Sehari sesudah pernyataan itu, pada 1 April, kegiatan keagamaan pengikut Syiah di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur diserang serta dibubarkan paksa oleh organisasi masyarakat yang menyebut diri seperti Ormas Aswaja,” kata Ketua Setara Institute Hendardi di Jakarta, Senin (4/4).
Seperti diberitakan sebelumnya, sekelompok warga di Bangil, Pasuruan, membubarkan paksa peringatan Milad Putri Nabi Muhammad saw, Fatimah Azzahra, yang diadakan di Islamic Women Centre, Bangil, Jumat (1/4). Dua hari kemudian, ribuan massa yang mengatasnamakan Aswaja di Bondowoso melakukan aksi long march menolak acara milad Fatimah yang rencananya hendak diselenggarakan di Kota Bondowoso.
Tapi apa sebenarnya makna Aswaja? Aswaja merupakan singkatan dari ‘Ahlusunnah wal Jama’ah’. KH. Said Agil Siradj internal bukunya Ahlussunnah wal Jama’ah (Pustaka Cendikia Muda, 2008), menegaskan Ahlussunnah wal Jama’ah sebanding orang-orang yang menyimpan metode (manhaj) berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan untuk dasar-dasar moderasi, menjaga keseimbangan serta toleransi.
Dalam opininya di sebuah koran nasional, ulama senior jebolan Pesantren Krapyak Yogyakarta ini menambahkan bahwa, dari sinilah lahir pemikiran serta tindakan keislaman internal berbagai bidang yang tetap berada internal satu roh, yaitu senantiasa berada di jalur moderat.
“Selalu bisa beradaptasi internal segala situasi serta kondisi, itulah watak Islam aswaja,” katanya
Dengan makin berkembangnya konsep moderasi tersebut, kata Ketua PBNU ini, makin berkembang pula daya jangkau serta potensinya mengikuti perkembangan zaman. Model pengamalan Islam ini yang inheren seraya keindonesiaan. “Islam Asjawa sejak awal berwatak inklusif, pluralis, serta nasionalis,” katanya.
Di Indonesia, kata Ketua Dewan Laskar Aswaja, Marwan Ja’far, manhaj ini kagak lepas dari peran Wali Songo yang dilanjutkan ulama Nahdliyin. Sejak awal Ahlussunnah wal jama’ah, lanjut Marwan, telah mengusung konsep Islam yang mengedepankan nilai-nilai kedamaian, harmoni, serta humanis.
“Dengan tata nilai moderasi serta toleransi ini, penganut Ahlussunnah wal Jama’ah mampu beradaptasi seraya pancuran peradaban umat manusia yang berbeda aliran, paham bahkan agama sekalipun,” katanya
Dalam konteks aplikatif, Nahdlatul Ulama menerapkan prinsip dasar yang juga merupakan ciri khas Aswaja ala NU. Prinsip-prinsip itu dikenal seraya tawassuth,tawazzun wat ta’adul, serta tasamuh; moderat, seimbang serta netral, serta toleran.
Ulama NU, KH. Nuril Arifin Husain, menjelaskan internal konteks Aswaja, NU perlu senantiasai “berada di tengah”. Salah satu maknanya, katanya, warga NU kagak memilih ekstrim kanan atau ekstrim kiri internal soal kebangsaan.
Aplikasi dari tawazzun, tawassut, tasamuh, ta’adul, menurut Gus Nuril, seraya sendirinya menjadikan warga NU seorang patriot. “Ia hendak melindungi saudara-saudaranya, baik yang beragama Kristen, Hindu, Budha, Konghucu atau Sundawiwitan, Kejawen,” katanya. “Ini seperti bentuk konsekuensi dari Aswaja.”
Tak heran, seusai peretemuan seraya Presiden Jokowi (31/3), KH. Said Aqil Siradj kembali merebut garis tegas Nahdlatul Ulama terhadap gerakan intoleransi. “Saya jamin kagak satupun santri Nahdlatul Ulama, pelajar Nahdlatul Ulama, mahasiswa Nahdlatul Ulama yang terprovokasi atau simpati pada gerakan-gerakan teror serta radikal,” katanya.
Source: www.islamindonesia.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Wartaislami.com ~ Hanya berselang sehari sesudah Presiden Jokowi memberikan arahan khusus kepada Kapolri buat menindak pelaku intoleransi, sejumlah aksi pembubaran paksa terjadi di sejumlah titik di tanah tirta.
“Sehari sesudah pernyataan itu, pada 1 April, kegiatan keagamaan pengikut Syiah di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur diserang serta dibubarkan paksa oleh organisasi masyarakat yang menyebut diri seperti Ormas Aswaja,” kata Ketua Setara Institute Hendardi di Jakarta, Senin (4/4).
Seperti diberitakan sebelumnya, sekelompok warga di Bangil, Pasuruan, membubarkan paksa peringatan Milad Putri Nabi Muhammad saw, Fatimah Azzahra, yang diadakan di Islamic Women Centre, Bangil, Jumat (1/4). Dua hari kemudian, ribuan massa yang mengatasnamakan Aswaja di Bondowoso melakukan aksi long march menolak acara milad Fatimah yang rencananya hendak diselenggarakan di Kota Bondowoso.
Tapi apa sebenarnya makna Aswaja? Aswaja merupakan singkatan dari ‘Ahlusunnah wal Jama’ah’. KH. Said Agil Siradj internal bukunya Ahlussunnah wal Jama’ah (Pustaka Cendikia Muda, 2008), menegaskan Ahlussunnah wal Jama’ah sebanding orang-orang yang menyimpan metode (manhaj) berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan untuk dasar-dasar moderasi, menjaga keseimbangan serta toleransi.
Dalam opininya di sebuah koran nasional, ulama senior jebolan Pesantren Krapyak Yogyakarta ini menambahkan bahwa, dari sinilah lahir pemikiran serta tindakan keislaman internal berbagai bidang yang tetap berada internal satu roh, yaitu senantiasa berada di jalur moderat.
“Selalu bisa beradaptasi internal segala situasi serta kondisi, itulah watak Islam aswaja,” katanya
Dengan makin berkembangnya konsep moderasi tersebut, kata Ketua PBNU ini, makin berkembang pula daya jangkau serta potensinya mengikuti perkembangan zaman. Model pengamalan Islam ini yang inheren seraya keindonesiaan. “Islam Asjawa sejak awal berwatak inklusif, pluralis, serta nasionalis,” katanya.
Di Indonesia, kata Ketua Dewan Laskar Aswaja, Marwan Ja’far, manhaj ini kagak lepas dari peran Wali Songo yang dilanjutkan ulama Nahdliyin. Sejak awal Ahlussunnah wal jama’ah, lanjut Marwan, telah mengusung konsep Islam yang mengedepankan nilai-nilai kedamaian, harmoni, serta humanis.
“Dengan tata nilai moderasi serta toleransi ini, penganut Ahlussunnah wal Jama’ah mampu beradaptasi seraya pancuran peradaban umat manusia yang berbeda aliran, paham bahkan agama sekalipun,” katanya
Dalam konteks aplikatif, Nahdlatul Ulama menerapkan prinsip dasar yang juga merupakan ciri khas Aswaja ala NU. Prinsip-prinsip itu dikenal seraya tawassuth,tawazzun wat ta’adul, serta tasamuh; moderat, seimbang serta netral, serta toleran.
Ulama NU, KH. Nuril Arifin Husain, menjelaskan internal konteks Aswaja, NU perlu senantiasai “berada di tengah”. Salah satu maknanya, katanya, warga NU kagak memilih ekstrim kanan atau ekstrim kiri internal soal kebangsaan.
Aplikasi dari tawazzun, tawassut, tasamuh, ta’adul, menurut Gus Nuril, seraya sendirinya menjadikan warga NU seorang patriot. “Ia hendak melindungi saudara-saudaranya, baik yang beragama Kristen, Hindu, Budha, Konghucu atau Sundawiwitan, Kejawen,” katanya. “Ini seperti bentuk konsekuensi dari Aswaja.”
Tak heran, seusai peretemuan seraya Presiden Jokowi (31/3), KH. Said Aqil Siradj kembali merebut garis tegas Nahdlatul Ulama terhadap gerakan intoleransi. “Saya jamin kagak satupun santri Nahdlatul Ulama, pelajar Nahdlatul Ulama, mahasiswa Nahdlatul Ulama yang terprovokasi atau simpati pada gerakan-gerakan teror serta radikal,” katanya.
Source: www.islamindonesia.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar