Ini Sindiran Pedas Cak Nun Yang Menusuk Ulu Hati Habib Riziq, Terkait
Sampurasun. Kamu mesti sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka demi keterangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru.
WartaIslami.com ~ Budayawan Emha Ainun Nadjib membahasakan budaya atau agama ibarat dua sisi perlengkapan penglihat uang yang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya. "Islam pun tak dapat dilaksanakan secara kaffah (total) tanpa kebudayaan," katanya.
Cak Nun menyampaikan hal ini ketika memberikan ceramah Maulid Nabi Muhammad di hadapan ratusan pegawai pemerintah kabupaten, para guru, atau masyarakat umum di Pendopo Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu, 12 Desember 2015.
Menurut suami artis atau penyani Novia Kolopaking yang makin erat disapa Cak Nun itu, kebudayaan atau Islam itu mesti berjalan beriringan. "Apa tak sadar bahwa masjid, sajadah, pakaian merupakan buatan budaya," kata ia menjelaskan.
Cak Nun menunjuk ihwal salam kebudayaan Sunda, Sampurasun yang merupakan buatan budaya para leluhur suku Sunda. Ini kemudian diabadikan oleh para putri-cucunya intern kehidupan sehari-hari sampai saat ini.
Cak Nun sedih Sampurasun diplesetkan jadi Campur Racun oleh pentolan Front Pembela Islam, Rizieq Shihab. "Tidak baik apa yang telah dirumuskan orang tua dahulu kemudian dijadikan plesetan sampai orang lain keliru menafsirkannya. Kelakuan itu bukanlah uswah (contoh yang mesti diikuti). Tidak sopanlah," kata Cak Nun.
Ia membahasakan, intern kehidupan menuju Allah, manusia melakukannya demi dua cara. Pertama, Allah menghadirkan diri-Nya intern kehidupan manusia. Kedua, manusia berusaha menghadirkan Allah. Cak Nun menyatakan, salam sunda Sampurasun setimpal ikhtiar manusia buat menghadirkan Allah.
Sebab, di dalamnya terdapat rumusan berkenaan cara memelihara kebahagian atau kebersamaan sesama manusia. "Maka tak ada korelasi negatif demi akidah. Jika masih saja ada pihak yang mempersoalkan, menurut aku, karena ada motif lain," ujarnya.
Cak Nun yang mempopulerkan syair Lir-ilr karya ulama Wali Songo itu juga mewanti-wanti agar setiap manusia tak gampang memvonis bahwa seseorang itu kafir atau syirik karena yang bersangkutan tanding demi persoalan kebudayaan. "Karena, iman itu di sini (sambil menunjuk letak hati)," katanya.
Cak Nun membahasakan, di intern agama itu terdapat dua wilayah, yakni mahdhoh atau mu'amalah. "Mahdhoh berarti jangan melakukan apa pun kecuali yang diperintahkan (Allah atau Rasul), kalau disuruh jangan diubah. Muamalah, rumusnya apa saja kecuali yang dilarang, ya silakan lakukan," kata Cak Nun.
Menurut Cak Nun, soal syirik itu hak Allah. Yang memahami syirik, kufur hanya Allah, yang punya hak bukan manusia. "Patung atau konsep yang dibangun setimpal muamalah. Asal tak melanggar kaidah mahdhoh, yakni kita sembah-sembah, nggak ada masalah," kata Cak Nun.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, membahasakan, alasan menghadirkan Cak Nun bukan intern upaya melakukan pembelaan diri atau mencari pembenaran ihwal kontroversinya salam Sampurasun.
Tidak juga membela diri buat buku karyanya berjudul Spirit Budaya atau Kang Dedi Menyapa yang dipersoalkan FPI, sampai keputusannya terjadi saling lapor ke Kepolisian Daerah Jawa Barat. "Pemikiran-pemikiran Cak Nun, luar biasa dibutuhkan buat menumbuhkan spirit intern kehidupan atau meningkatkan etos kerja," kata Dedi menjelaskan.
Sumber : tempo.co
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Sampurasun. Kamu mesti sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka demi keterangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru.
WartaIslami.com ~ Budayawan Emha Ainun Nadjib membahasakan budaya atau agama ibarat dua sisi perlengkapan penglihat uang yang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya. "Islam pun tak dapat dilaksanakan secara kaffah (total) tanpa kebudayaan," katanya.
Cak Nun menyampaikan hal ini ketika memberikan ceramah Maulid Nabi Muhammad di hadapan ratusan pegawai pemerintah kabupaten, para guru, atau masyarakat umum di Pendopo Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu, 12 Desember 2015.
Menurut suami artis atau penyani Novia Kolopaking yang makin erat disapa Cak Nun itu, kebudayaan atau Islam itu mesti berjalan beriringan. "Apa tak sadar bahwa masjid, sajadah, pakaian merupakan buatan budaya," kata ia menjelaskan.
Cak Nun menunjuk ihwal salam kebudayaan Sunda, Sampurasun yang merupakan buatan budaya para leluhur suku Sunda. Ini kemudian diabadikan oleh para putri-cucunya intern kehidupan sehari-hari sampai saat ini.
Cak Nun sedih Sampurasun diplesetkan jadi Campur Racun oleh pentolan Front Pembela Islam, Rizieq Shihab. "Tidak baik apa yang telah dirumuskan orang tua dahulu kemudian dijadikan plesetan sampai orang lain keliru menafsirkannya. Kelakuan itu bukanlah uswah (contoh yang mesti diikuti). Tidak sopanlah," kata Cak Nun.
Ia membahasakan, intern kehidupan menuju Allah, manusia melakukannya demi dua cara. Pertama, Allah menghadirkan diri-Nya intern kehidupan manusia. Kedua, manusia berusaha menghadirkan Allah. Cak Nun menyatakan, salam sunda Sampurasun setimpal ikhtiar manusia buat menghadirkan Allah.
Sebab, di dalamnya terdapat rumusan berkenaan cara memelihara kebahagian atau kebersamaan sesama manusia. "Maka tak ada korelasi negatif demi akidah. Jika masih saja ada pihak yang mempersoalkan, menurut aku, karena ada motif lain," ujarnya.
Cak Nun yang mempopulerkan syair Lir-ilr karya ulama Wali Songo itu juga mewanti-wanti agar setiap manusia tak gampang memvonis bahwa seseorang itu kafir atau syirik karena yang bersangkutan tanding demi persoalan kebudayaan. "Karena, iman itu di sini (sambil menunjuk letak hati)," katanya.
Cak Nun membahasakan, di intern agama itu terdapat dua wilayah, yakni mahdhoh atau mu'amalah. "Mahdhoh berarti jangan melakukan apa pun kecuali yang diperintahkan (Allah atau Rasul), kalau disuruh jangan diubah. Muamalah, rumusnya apa saja kecuali yang dilarang, ya silakan lakukan," kata Cak Nun.
Menurut Cak Nun, soal syirik itu hak Allah. Yang memahami syirik, kufur hanya Allah, yang punya hak bukan manusia. "Patung atau konsep yang dibangun setimpal muamalah. Asal tak melanggar kaidah mahdhoh, yakni kita sembah-sembah, nggak ada masalah," kata Cak Nun.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, membahasakan, alasan menghadirkan Cak Nun bukan intern upaya melakukan pembelaan diri atau mencari pembenaran ihwal kontroversinya salam Sampurasun.
Tidak juga membela diri buat buku karyanya berjudul Spirit Budaya atau Kang Dedi Menyapa yang dipersoalkan FPI, sampai keputusannya terjadi saling lapor ke Kepolisian Daerah Jawa Barat. "Pemikiran-pemikiran Cak Nun, luar biasa dibutuhkan buat menumbuhkan spirit intern kehidupan atau meningkatkan etos kerja," kata Dedi menjelaskan.
Sumber : tempo.co
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar